UJIAN BTQ MEMANGGILMU!

Assalamualaikum Wr. Wb.
Apa kabar Trisula Muda Unimma? Semoga selalu dalam keadaan sehat dan berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Dengan bangga, Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) bersama PK IMM Maroon Humaniora Unimma mempersembahkan:

Ujian Serentak: Baca Tulis Qur’an dan Praktik Ibadah Praktis

Kegiatan ini insyaAllah akan dilaksanakan pada:

  • Hari, Tanggal: Selasa, 21 Januari 2025
  • Waktu: 08.00 hingga selesai
  • Tempat: Gedung Fakultas Psikologi dan Humaniora, Kampus 1 Unimma

Kompetensi yang diujikan:

  1. Membaca Al-Qur’an dengan tartil.
  2. Hafalan surat pendek.
  3. Hafalan doa harian.
  4. Wudhu sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
  5. Tayamum sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
  6. Shalat jenazah sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
  7. Shalat fardu sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.

Jangan lupa untuk mencatat jadwal ini dengan baik, mempersiapkan diri dengan maksimal, dan mengerahkan usaha terbaik. Jadikan kegiatan ini sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi ibadah sekaligus ladang pahala untuk kehidupan akhirat.

Sebagai tambahan, kami juga akan mengadakan penilaian kompetensi lain yang lebih seru dan menarik, yakni “Membuat Kreasi Lotis” dalam program #JamaahLotisanFPH.

Persiapkan peralatan yang diperlukan, yaitu:

  • Bahan untuk membuat bumbu lotis.
  • Pisau dapur.
  • Talenan.
  • Cobek dan ulekannya (munthu).

Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk belajar, berkreasi, dan memperkuat kebersamaan sebagai Trisula Muda Unimma yang unggul dan inspiratif.

Save the Date dan sampai jumpa pada Selasa, 21 Januari 2025!
Wassalamualaikum Wr. Wb.

PSYSKILL #1: Public Speaking dan Teknik Presentasi

“Membangun Percaya Diri, Menginspirasi Melalui Kata”

Alhamdulillah, kegiatan perdana PSYSKILL #1 dengan tema Public Speaking dan Teknik Presentasi telah sukses dilaksanakan.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) yang antusias untuk meningkatkan keterampilan berbicara di depan umum. Dalam kegiatan ini, peserta mendapatkan ilmu berharga dari narasumber, Ibu Pristi Sukmasetya, S.Komp., M.Kom., yang berbagi tips dan pengalaman mengenai teknik berbicara dan presentasi yang efektif.
Beberapa poin penting yang dibahas meliputi:

  • Cara mengatasi rasa gugup saat berbicara di depan banyak orang.
  • Teknik menyampaikan pesan dengan jelas dan menarik perhatian audiens.
  • Tips mempersiapkan presentasi agar lebih terstruktur dan memukau.

Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan peserta, tetapi juga memberikan motivasi untuk terus meningkatkan rasa percaya diri dalam berbicara di depan umum. Kemampuan ini merupakan keterampilan penting yang mendukung kesuksesan di berbagai aspek kehidupan, baik akademik maupun profesional.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Psikologi Unimma yang telah hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Apresiasi mendalam juga kami sampaikan kepada Ibu Pristi Sukmasetya, S.Komp., M.Kom., atas materi yang inspiratif dan aplikatif.

Kami nantikan kehadiran teman-teman pada kegiatan PSYSKILL berikutnya, dengan tema yang tidak kalah menarik untuk mendukung pengembangan diri mahasiswa Psikologi Unimma.
Tetap semangat untuk terus belajar, berbicara, dan menginspirasi!

HIMAPSI x PSYCARE 2024 #2

“Menyebarkan Kebaikan, Menyalakan Asa”

Alhamdulillah, kegiatan Psycare Batch 2 yang diinisiasi oleh HIMAPSI Kabinet Adhikara Psykarsa telah sukses terlaksana pada Jumat, 27 Desember 2024 di Panti Asuhan Muhammadiyah Candimulyo.

Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata komitmen HIMAPSI untuk hadir memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan semangat kebersamaan, Psycare Batch 2 dirancang untuk tidak hanya sekadar berbagi materi, tetapi juga menyalurkan perhatian, kasih sayang, dan motivasi kepada adik-adik di panti asuhan.
Dalam suasana penuh kehangatan, kegiatan ini diisi dengan berbagai aktivitas menarik, mulai dari sesi motivasi, permainan edukatif, hingga pemberian donasi. Senyum dan tawa yang terpancar dari wajah adik-adik di panti asuhan menjadi bukti nyata bahwa kebaikan, sekecil apa pun, mampu memberikan dampak yang besar. 💙

Kami mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
🙏 Panti Asuhan Muhammadiyah Candimulyo, yang telah dengan tangan terbuka menerima kedatangan kami dan memberikan dukungan luar biasa dalam pelaksanaan acara ini.
✨ Teman-teman anggota HIMAPSI yang telah bekerja keras dan berkolaborasi dengan penuh semangat untuk mewujudkan kegiatan ini.
💛 Seluruh pihak yang telah membantu, baik melalui doa, tenaga, maupun materi, sehingga acara ini dapat berjalan dengan lancar.

Kami percaya, langkah kecil yang kita ambil bersama ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk terus berbagi dan menebarkan manfaat. Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat bahwa setiap orang dapat berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Semangat untuk terus menebar kebaikan di mana pun dan kapan pun!
Semoga setiap upaya dalam kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah dan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT. Aamiin. 🤲🏻

RESENSI BUKU

Oleh: Veronica Adev Jacia (Mahasiswa Psikologi Unimma Angkatan 2024)

Judul Buku: Psikologi Agama dan Spiritualitas: Memahami Perilaku Beragama dalam Perspektif Psikologi
Penulis: Prof. Dr. H. Endin Nasrudin, Drs., M.Si. dan Dr. Ujam Jaenudin, Drs., M.Si.
Penerbit: Lagood’s Publishing
Tempat Terbit: Indonesia
Edisi: Cetakan Pertama, September 2021
Jumlah Halaman: xii + 217
ISBN: 978-602-52294-9-7

Buku Psikologi Agama dan Spiritualitas adalah sebuah karya yang mencoba membuka wawasan tentang bagaimana agama dan spiritualitas mempengaruhi perilaku manusia. Ditulis oleh Prof. Dr. H. Endin Nasrudin dan Dr. Ujam Jaenudin, buku ini mengusung perspektif psikologi untuk memandang fenomena keberagamaan yang sering kali dianggap sebagai sesuatu yang hanya bersifat teologis. Melalui pendekatan psikologi agama, buku ini menawarkan pemahaman yang lebih dalam tentang keterkaitan antara perilaku keagamaan dengan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhinya.

Keberadaan buku ini sangat relevan dalam memberikan perspektif yang lebih ilmiah dan rasional mengenai perilaku beragama, khususnya dalam konteks psikologi yang dapat dipelajari dengan pendekatan yang lebih objektif dan empiris. Buku ini mengajak pembaca untuk melihat agama tidak hanya sebagai sebuah keyakinan yang diterima tanpa pertanyaan, tetapi juga sebagai sebuah fenomena psikologis yang mempengaruhi kehidupan individu dan komunitas. Secara keseluruhan, buku ini bertujuan untuk memperkenalkan psikologi agama sebagai bidang kajian yang memadai untuk memahami perilaku beragama dengan cara yang lebih mendalam dan terstruktur.

Bab pertama buku ini mengajak pembaca untuk memahami apa itu psikologi agama dengan menjelaskan pengertian dasar psikologi dan agama secara terpisah. Menurut penulis, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, sedangkan agama lebih berkaitan dengan sistem keyakinan dan tindakan manusia yang berhubungan dengan kekuatan atau kekuasaan yang lebih tinggi. Psikologi agama, menurut buku ini, merupakan penyatuan dari kedua bidang ilmu tersebut yang berfokus pada bagaimana agama mempengaruhi perilaku dan kondisi psikologis individu.

Penulis menekankan bahwa meskipun agama sering dianggap sebagai sesuatu yang berada di luar ranah empiris dan objektif, namun perilaku beragama yang tampak pada individu dan kelompok dapat dianalisis secara psikologis. Oleh karena itu, untuk memahami psikologi agama, perlu dilihat bagaimana agama mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan, seperti keyakinan, perilaku, dan pengalaman subyektif seseorang. Bab ini memberikan landasan teoritis yang kuat tentang pentingnya perspektif psikologi dalam kajian agama.

Bab kedua lebih fokus pada konsep spiritualitas dalam psikologi agama. Di sini, penulis membedakan antara religiusitas dan spiritualitas, dua konsep yang sering kali dianggap serupa namun memiliki perbedaan yang mendalam. Spiritualitas, menurut penulis, lebih mengarah pada pengalaman batin dan pencarian makna hidup yang melibatkan hubungan pribadi dengan Tuhan atau kekuatan transenden lainnya. Sementara religiusitas lebih mengarah pada pengamalan ajaran agama yang terstruktur, baik dalam praktik ibadah maupun aturan-aturan yang ditetapkan oleh komunitas agama.

Pentingnya spiritualitas dalam psikologi agama ditekankan melalui pembahasan tentang bagaimana pencarian makna hidup ini tidak hanya dipengaruhi oleh ajaran agama tetapi juga oleh kondisi psikologis individu yang bersangkutan. Buku ini menjelaskan bagaimana spiritualitas menjadi elemen yang sangat penting dalam pembentukan identitas dan kesejahteraan psikologis individu. Oleh karena itu, spiritualitas bukan hanya sebuah pengalaman religius tetapi juga pengalaman psikologis yang memberikan dampak besar terhadap cara seseorang menghadapi kehidupan.

Pada bab ketiga, penulis mengulas tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian psikologi agama. Metode-metode ini bertujuan untuk mengukur dan mengamati gejala-gejala keagamaan dalam konteks psikologi yang lebih sistematis. Penulis juga menyarankan pendekatan multidisipliner dalam mengkaji psikologi agama, mengingat kompleksitas interaksi antara agama dan psikologi yang tidak dapat dipahami hanya dari satu sudut pandang.

Buku ini menguraikan beberapa teknik pengukuran religiusitas yang sering digunakan dalam penelitian psikologi agama, seperti skala religiusitas dan analisis tingkah laku keagamaan. Penulis juga menyentuh tentang pentingnya mempertimbangkan aspek etika dalam penelitian psikologi agama, terutama terkait dengan masalah sensitivitas budaya dan keyakinan individu.

Buku ini kemudian melanjutkan pembahasan dengan mengangkat urgensi agama dalam kehidupan sosial. Bab ini mengulas bagaimana agama tidak hanya berperan dalam kehidupan individu, tetapi juga dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Penulis berpendapat bahwa agama memberikan dasar moral dan nilai yang mengatur hubungan antar individu dalam masyarakat. Agama, menurut buku ini, memiliki peran penting dalam menciptakan ketertiban sosial dan mengarahkan umat manusia untuk hidup dalam keharmonisan.

Agama memberikan petunjuk bagi umat manusia dalam memahami tujuan hidup, hakikat penderitaan, dan keberadaan Tuhan. Oleh karena itu, pemahaman yang benar terhadap agama sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Penulis juga menekankan bahwa konflik sosial yang sering terjadi dalam masyarakat tidak jarang disebabkan oleh pemahaman agama yang salah atau manipulasi ajaran agama untuk kepentingan tertentu.

Pada bab lima, penulis menjelaskan tentang bagaimana faktor lingkungan, seperti keluarga, pendidikan, dan komunitas, mempengaruhi perkembangan agama pada individu. Buku ini mengulas perkembangan agama dari masa kanak-kanak hingga lanjut usia, dengan menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan seseorang pada setiap tahap kehidupannya.

Penulis juga membahas pentingnya pendidikan agama dalam membentuk keyakinan anak-anak dan remaja, serta peran lingkungan sosial dalam mengembangkan pemahaman agama yang lebih matang pada usia dewasa. Bab ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana agama berkembang dalam konteks sosial dan budaya yang melingkupi individu.

Bab terakhir ini membahas berbagai masalah yang sering muncul dalam kajian psikologi agama, termasuk konversi agama, penyimpangan dalam beragama, dan masalah psikologis yang terkait dengan pengalaman religius. Penulis mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku beragama seseorang, seperti trauma, konflik internal, dan ketegangan sosial. Buku ini juga menyarankan bahwa pemahaman yang baik terhadap psikologi agama dapat membantu individu dalam mengatasi masalah-masalah psikologis yang timbul akibat keyakinan agama yang tidak sehat.

Buku Psikologi Agama dan Spiritualitas karya Ujam Jaenudin dan Endin Nasrudin memberikan wawasan yang mendalam mengenai hubungan antara agama, spiritualitas, dan psikologi. Buku ini menyarankan bahwa pemahaman tentang perilaku beragama tidak hanya bisa dilihat dari sudut pandang teologis atau sosial semata, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek psikologis yang mendalam. Agama, dalam perspektif psikologi, tidak hanya berfungsi sebagai sistem keyakinan, tetapi juga sebagai pengaruh yang membentuk cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang. Sebagai penutup, kita bisa merenungkan ungkapan yang terdapat dalam buku ini:
“Beragama dengan baik, tidak cukup dengan pengamalan, tapi juga membutuhkan pengalaman. Pengamalan ajaran yang tidak diiringi dengan pengalaman subjektif keagamaan, adalah beragama tanpa makna. Agama pasti mengajarkan kebaikan. Jika perilaku umatnya masih buruk atau jahat, maka dapat dipastikan pemahamannya yang salah, atau kejiwaannya yang terganggu.”

[/et_pb_text][/et_pb_column]
[/et_pb_row]
[/et_pb_section]

RESENSI BUKU

Oleh: Veronica Adev Jacia (Mahasiswa Psikologi Unimma Angkatan 2024)

Judul Buku: Landasan Psikologis Pendidikan Islam
Penulis: Syihabuddin
Penerbit: Universitas Pendidikan Indonesia
Kota Terbit: Bandung
Edisi: Cetakan pertama, 2013
Jumlah Halaman: 203 halaman
Ukuran Buku: 14 cm x 21 cm

Buku Landasan Psikologis Pendidikan Islam karya Syihabuddin ini hadir sebagai upaya mendalami fondasi psikologis yang mendasari pendidikan dalam Islam. Buku ini menggali berbagai dimensi psikologi manusia dalam konteks pendidikan Islam, serta menghubungkannya dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Melalui tujuh bab yang sistematis dan komprehensif, penulis berusaha memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana keimanan dan fitrah manusia menjadi landasan yang kokoh dalam membentuk sistem pendidikan yang efektif dan berkarakter.

Bab pertama dalam buku ini mengawali pembahasan dengan menjelaskan urgensi pemahaman landasan psikologis dalam pendidikan Islam. Penulis menekankan bahwa pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan kognitif, tetapi juga untuk membentuk karakter dan keimanan peserta didik. Keimanan kepada Tuhan menjadi fondasi yang mendasari segala bentuk pendidikan dalam Islam, karena pendidikan tidak hanya dilihat sebagai proses transfer ilmu semata, tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan hidup, baik di dunia maupun akhirat.

Pentingnya landasan psikologis ini adalah agar pendidik dapat memahami dan menyadari berbagai aspek dalam perkembangan individu, baik fisik, mental, maupun spiritual. Dengan memahami psikologi manusia, pendidikan Islam diharapkan dapat menyentuh berbagai dimensi kehidupan manusia, yang pada akhirnya membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan keimanan yang teguh.

Bab kedua mengajak pembaca untuk melihat perbandingan antara masyarakat jahiliah dan masyarakat yang beriman setelah kedatangan Islam. Penulis menggambarkan bagaimana masyarakat jahiliah hidup dalam ketidaktahuan mengenai konsep ketuhanan, moralitas, dan etika kehidupan. Masyarakat jahiliah dipenuhi dengan kebodohan, keserakahan, dan tindakan yang bertentangan dengan fitrah manusia. Dalam konteks ini, pendidikan dalam Islam hadir sebagai sarana yang mampu mengubah kejahilan tersebut menuju masyarakat yang berlandaskan pada keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

Penulis menggambarkan peran penting Rasulullah SAW sebagai pendidik utama yang mampu membawa perubahan besar dalam masyarakat Arab pada waktu itu. Dengan pendidikan yang berbasis pada wahyu, Rasulullah mengajarkan umat untuk kembali kepada fitrah mereka, mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Transformasi ini, menurut penulis, merupakan contoh yang jelas betapa pentingnya pendidikan yang mengutamakan pembinaan akhlak dan keimanan.

Bab ini mengulas prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pendidikan Islam. Penulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan intelektualitas peserta didik, tetapi juga untuk membentuk karakter yang baik. Dalam pendidikan Islam, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Alquran dan Sunnah menjadi dasar bagi setiap aspek pendidikan, mulai dari tujuan hingga metode yang digunakan.

Salah satu prinsip utama yang ditekankan penulis adalah bahwa pendidikan Islam harus mengedepankan nilai-nilai keimanan, etika, dan karakter. Pendidikan yang baik adalah yang mengarahkan peserta didik untuk tidak hanya menjadi pribadi yang pintar, tetapi juga individu yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan Islam, setiap kegiatan pembelajaran harus mengarah pada pembentukan akhlak yang baik, kepedulian terhadap sesama, serta rasa tanggung jawab terhadap agama, masyarakat, dan negara.

Bab IV mengungkapkan konsep tentang manusia menurut Islam, yang berbeda dari pandangan-pandangan lainnya. Dalam pandangan Islam, manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi luar biasa, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai kelebihan yang harus dikembangkan melalui pendidikan. Penulis mengajak pembaca untuk memahami bahwa setiap individu memiliki fitrah yang harus diarahkan dengan baik agar menjadi pribadi yang utuh, yaitu yang cerdas secara intelektual, kuat dalam iman, dan luhur dalam akhlaknya.

Penulis juga membahas tentang pentingnya memahami struktur psikologis manusia, yang melibatkan berbagai aspek seperti akal, perasaan, dan kehendak. Ketiga unsur ini harus seimbang dalam setiap proses pendidikan agar dapat menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dalam bertindak dan berperasaan.

Bab kelima membahas daya manusia dalam berpikir dan berperilaku. Penulis merujuk pada pemikiran para ahli psikologi Islam, seperti Al-Gazali dan Al-Qabasi, untuk menjelaskan bagaimana mekanisme berpikir dan berperilaku manusia menurut perspektif Islam. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan daya pikir dan kemampuan berperilaku yang baik.

Penulis mengaitkan proses berpikir dengan peran hati nurani, yang menurut Al-Gazali, harus menjadi penuntun bagi akal dalam mengambil keputusan. Berpikir yang baik, menurut penulis, adalah berpikir yang dilandasi dengan akhlak yang luhur dan rasa tanggung jawab terhadap Tuhan. Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, tetapi tetap berada dalam koridor etika dan moral yang ditentukan oleh ajaran Islam.

Bab ke enam membahas hirarki dalam pendidikan Islam, yang dimulai dengan Allah sebagai pendidik utama, Nabi Muhammad SAW sebagai teladan, dan guru sebagai pelaksana pendidikan. Penulis menekankan bahwa pendidikan yang sesungguhnya berasal dari Tuhan, dan segala pengetahuan di dunia ini merupakan bagian dari wahyu-Nya. Guru, sebagai pendidik manusia, memiliki peran penting dalam mengarahkan peserta didik agar tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu meneladani akhlak dan perilaku Rasulullah SAW.

Pendidikan dalam Islam, menurut penulis, merupakan upaya untuk mengarahkan manusia agar mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat, dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki kesadaran tinggi tentang peran penting mereka dalam membentuk generasi yang berkualitas.

Pada bab terakhir, penulis mengemukakan model pembelajaran M-3, yang terdiri dari tiga komponen utama: Munazharah (diskusi), Mudzakarah (berbagi ilmu), dan Muhasabah (evaluasi diri). Model ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan reflektif, di mana peserta didik tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga aktif dalam bertanya, berdiskusi, dan melakukan evaluasi terhadap diri mereka sendiri.

Penulis menjelaskan bahwa model ini dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif peserta didik. Melalui diskusi dan berbagi ilmu (Mudzakarah), peserta didik dapat memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mereka tentang suatu topik. Sementara itu, Muhasabah mendorong peserta didik untuk selalu mengevaluasi diri, mengenali kekuatan dan kelemahan, serta terus berusaha memperbaiki diri. Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pendidikan Islam yang berbasis pada psikologi dapat membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki keimanan yang kuat dan akhlak yang mulia. Syihabuddin berhasil menyusun buku ini dengan jelas dan sistematis, memberikan wawasan yang sangat berharga bagi pendidik, akademisi, dan siapa saja yang tertarik memahami konsep pendidikan Islam yang lebih holistik.