Sebagai upaya pemulihan psikologis anak-anak TPQ di Dusun Gowok, Desa Polengan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Dinsos PPKB PPPA Kabupaten Magelang bekerja sama dengan mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) dan dosen pendamping melaksanakan program pendampingan selama tiga bulan, sejak Februari hingga April 2025.
Pendampingan ini dilakukan menyusul peristiwa penyanderaan yang terjadi pada 17 Januari 2025 di serambi Masjid Al Barokah, Dusun Gowok. Dalam kejadian tersebut, seorang guru TPQ menyandera keluarganya di depan anak-anak TPQ setempat. Peristiwa tersebut meninggalkan dampak psikologis bagi sebagian anak yang menyaksikan langsung kejadian tersebut.
Kepala Dusun Gowok, Bapak Zaenal Arifin, melaporkan kejadian tersebut kepada Dinas Sosial karena merasa perlu adanya pendampingan psikologis oleh ahli bagi anak-anak yang melihat dan merekam kejadian tersebut. “Anak-anak terlihat sangat kaget. Saya khawatir dampaknya akan berlanjut jika tidak segera ditangani, apalagi banyak yang melihat dan merekam yang ditonton berulang kali, mangkanya saya meminta bantuan dari Dinas Sosial dan ahli disini untuk membantu dalam mendampingi anak-anak TPQ kami,” ungkapnya.
Atas dasar laporan tersebut, Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPKB PPPA), kemudian menggandeng tim dari Unimma yang terdiri dari mahasiswa Psikologi dan dosen pendamping.

Pendampingan dilakukan terhadap 50 anak TPQ di Dusun Gowok, diawali dengan asesmen melalui aktivitas menggambar untuk mengidentifikasi kondisi psikologis pasca kejadian. Hasil asesmen membagi anak-anak ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat gejala. Anak-anak dengan gejala ringan, seperti ketakutan sesaat, mengikuti kegiatan outbound sebagai bentuk pemulihan awal. Sementara itu, 9 anak dengan gejala sedang, termasuk anak pelaku dan korban, mendapatkan sesi wawancara dan pendampingan lanjutan karena menunjukkan ketakutan menetap dan rasa canggung saat membahas kejadian. Satu anak dengan gejala berat, yang tampak diam dan sulit merespon, mendapat pendampingan intensif.
Selain melakukan asesmen terhadap anak-anak, tim pendamping juga melakukan wawancara dengan orang tua dari anak-anak yang masuk dalam kategori gejala sedang dan berat. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai perubahan perilaku anak di rumah dan memberikan edukasi tentang cara mendukung anak secara emosional. Program pendampingan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membantu anak-anak TPQ di Dusun Gowok mengatasi dampak psikologis akibat peristiwa penyanderaan. Tim pendamping juga akan mempertimbangkan pendampingan lanjutan jika anak-anak masih menunjukkan tanda-tanda trauma atau gangguan emosional lainnya.