Oleh: Veronica Adev Jacia (Mahasiswa Psikologi Unimma angkatan 2024)

Judul buku: Psikologi Kepribadian (Paradigma Traits, Kognitif, Behavioristik, dan Humanistik)
Penulis: Hamim Rosyidi
Penerbit: Jaudar Press
Kota Terbit: Surabaya
Tahun Terbit: 2015
Edisi: Pertama
Jumlah Halaman: 190 halaman
ISBN: 978-602-18042-2-3

Buku Psikologi Kepribadian karya Hamim Rosyidi memberikan perspektif yang komprehensif mengenai berbagai paradigma dalam psikologi kepribadian, seperti teori traits, kognitif, behavioristik, dan humanistik. Buku ini ditulis untuk menjadi acuan bagi mahasiswa psikologi, khususnya dalam mata kuliah psikologi kepribadian. Dengan pembagian yang jelas, buku ini mendalami setiap paradigma beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Hamim Rosyidi menyajikan isi buku ini dengan pendekatan yang sistematis, dimulai dari pengantar tiap paradigma hingga pembahasan detail mengenai struktur dan dinamika kepribadian menurut teori-teori yang dibahas. Misalnya, teori behavioristik yang diuraikan dalam bagian mengenai Operant Reinforcement dari B.F. Skinner, menjelaskan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh penguatan dari lingkungan sekitar.


Buku ini penting karena memberikan pemahaman yang luas tentang bagaimana berbagai paradigma mempengaruhi cara kita melihat kepribadian dan perilaku. Namun, buku ini juga menyadari bahwa teori-teori yang dijelaskan masih terbuka untuk pengembangan lebih lanjut, terutama terkait relevansinya dengan konsep keagamaan yang menjadi tambahan rencana penulis di edisi revisi mendatang.


Operant Reinforcement Theory – B.F. Skinner, bab ini membahas secara mendalam teori penguatan operan yang dikembangkan oleh B.F. Skinner. Skinner berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan menolak analisis kepribadian berdasarkan kehidupan internal seperti motif atau dorongan. Menurutnya, perilaku manusia dapat dikontrol dan diprediksi berdasarkan hubungan antara stimulus di lingkungan dengan respons yang diberikan. Bab ini juga menjelaskan perbedaan antara respondent behavior dan operant behavior. Respondent behavior adalah respons yang muncul langsung akibat stimulus tertentu, seperti refleks, sedangkan operant behavior adalah perilaku yang muncul tanpa stimulus spesifik, namun diperkuat atau dilemahkan oleh konsekuensi dari perilaku tersebut. Skinner menguraikan bagaimana penguatan (reinforcement), baik positif maupun negatif, dapat digunakan untuk membentuk perilaku melalui teknik successive approximation atau shaping. Selain itu, bab ini juga membahas schedules of reinforcement, yang menunjukkan bagaimana pola pemberian penguatan dapat memengaruhi frekuensi dan ketahanan perilaku.


Stimulus Response Theory – N.E. Miller & J. Dollard, dalam bab ini, dibahas teori stimulus-respons yang dikembangkan oleh Neal E. Miller dan John Dollard. Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan dapat dipahami melalui hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan). Mereka memadukan teori belajar dengan elemen-elemen dari psikoanalisis dan antropologi untuk menjelaskan proses kecemasan, konflik, dan represi dalam diri individu. Miller dan Dollard memperkenalkan konsep drive, cue, response, dan reinforcement sebagai komponen utama dalam proses belajar. Mereka mencontohkan bagaimana dorongan internal (drive) seperti rasa lapar atau rasa sakit, mendorong individu untuk merespon stimuli eksternal dengan perilaku tertentu. Eksperimen-eksperimen mereka juga menunjukkan bagaimana rasa takut yang dipelajari dapat mengarahkan individu pada pembentukan respons baru melalui proses pengkondisian. Bab ini menggambarkan dengan jelas bagaimana kebiasaan atau habit terbentuk dan bagaimana individu dapat mengubahnya melalui reinforcement.


Social Learning Theory – Albert Bandura, bab ini menguraikan teori pembelajaran sosial yang dipopulerkan oleh Albert Bandura. Bandura menekankan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi melalui pengalaman langsung, tetapi juga melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain, yang dikenal sebagai observational learning. Ia memperkenalkan konsep reciprocal determinism, yaitu interaksi timbal balik antara kognisi, perilaku, dan lingkungan. Bandura juga menjelaskan konsep self-efficacy atau keyakinan diri dalam kemampuan untuk mengendalikan situasi dan mencapai tujuan. Selain itu, ia memperkenalkan prinsip self-regulation, yaitu kemampuan individu untuk mengontrol perilaku mereka sendiri melalui pengaturan diri dan penetapan tujuan. Bab ini menunjukkan bahwa perilaku manusia tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan atau dorongan internal, melainkan merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor internal dan eksternal.


Traits Theory – Gordon Allport, Gordon Allport dalam bab ini memperkenalkan teori traits yang melihat kepribadian sebagai kumpulan sifat atau ciri khas (traits) yang relatif konsisten dan stabil sepanjang waktu. Traits ini merupakan struktur neuropsikis yang menentukan bagaimana seseorang berperilaku dalam berbagai situasi. Allport membedakan antara common traits yang dimiliki oleh semua orang dalam suatu budaya, dan personal dispositions yang lebih unik pada individu tertentu. Bab ini juga membahas perbedaan antara cardinal traits yang mendominasi kehidupan seseorang, central traits yang menjadi ciri utama kepribadian, dan secondary traits yang lebih spesifik dan terbatas pada situasi tertentu. Allport menekankan bahwa meskipun traits ini relatif stabil, mereka dapat bervariasi dalam intensitas tergantung pada konteks sosial dan pengalaman individu.


Factor Analysis – Raymond Cattell & Hans Eysenck, dalam bab ini, teori traits Cattell dan Eysenck dibahas melalui pendekatan analisis faktor. Raymond Cattell menggunakan analisis faktor untuk mengidentifikasi source traits atau ciri dasar kepribadian, yang mendasari perilaku manusia, berbeda dari surface traits yang lebih kasat mata. Cattell mengembangkan model kepribadian 16PF yang mencakup 16 faktor kepribadian utama. Sementara itu, Hans Eysenck berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari hirarki sifat yang dibangun dari respons spesifik, habitual, hingga traits yang lebih umum dan tipe kepribadian. Eysenck mengusulkan tiga dimensi utama kepribadian: Extraversion-Introversion, Neuroticism-Stability, dan Psychoticism. Bab ini menjelaskan bagaimana kedua teori tersebut mengklasifikasikan dan mengukur kepribadian secara ilmiah, dengan menggunakan pendekatan yang lebih kuantitatif dibanding teori kepribadian tradisional.


Holism & Humanism – Abraham Maslow, bab ini membahas pandangan Abraham Maslow tentang kepribadian yang didasarkan pada pendekatan holistik dan humanistik. Maslow percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai aktualisasi diri, yaitu pencapaian tertinggi dari perkembangan pribadi. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarchy of needs, yang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari kebutuhan fisiologis dasar seperti makanan dan tempat tinggal, hingga kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Maslow juga menekankan pentingnya kebutuhan akan cinta, penghargaan, dan rasa memiliki sebagai faktor penting dalam perkembangan kepribadian. Bab ini menunjukkan bagaimana pendekatan humanistik Maslow berbeda dengan pendekatan behavioristik dan psikoanalisis yang lebih deterministik, karena lebih menekankan kebebasan individu dan potensi pertumbuhan positif.


Phenomenology, Person-Centered Theory – Carl Rogers, Carl Rogers, sebagai pendiri teori yang berfokus pada individu, menekankan pentingnya pengalaman subyektif dalam membentuk kepribadian. Bab ini menjelaskan bagaimana Rogers mengembangkan konsep self-concept, yaitu cara individu memandang dirinya sendiri. Menurut Rogers, ketidakseimbangan dalam kepribadian dapat terjadi ketika ada perbedaan antara real self (diri nyata) dan ideal self (diri yang diinginkan). Rogers juga memperkenalkan konsep unconditional positive regard atau penerimaan tanpa syarat, di mana individu merasa diterima sepenuhnya tanpa syarat, yang sangat penting dalam proses pertumbuhan pribadi. Bab ini membahas relevansi pendekatan fenomenologis dalam terapi dan bagaimana pandangan Rogers mengarah pada pengembangan terapi yang berpusat pada klien.


Personology – Henry Murray, bab ini menjelaskan teori kepribadian Henry Murray yang dikenal dengan nama personology. Murray berpendapat bahwa kepribadian adalah kombinasi dari kebutuhan (needs) dan tekanan (press) dari lingkungan. Setiap individu memiliki serangkaian kebutuhan, seperti kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, atau afiliasi, yang mempengaruhi perilaku mereka. Murray juga memperkenalkan thematic apperception test (TAT), sebuah metode untuk memahami motivasi dasar seseorang dengan meminta mereka menceritakan cerita berdasarkan gambar yang ambigu. Bab ini menguraikan bagaimana kepribadian berkembang dari interaksi antara dorongan internal dan faktor eksternal, serta bagaimana tes proyektif digunakan untuk mengungkap motivasi tersembunyi dalam kepribadian.


Kelebihan dari buku ini adalah kemampuannya menyatukan berbagai teori yang kadang terkesan terpisah menjadi satu rangkaian yang saling melengkapi. Meskipun begitu, bagi pembaca yang tidak familiar dengan istilah teknis dalam psikologi, buku ini mungkin memerlukan pemahaman lebih lanjut karena beberapa bagian membutuhkan latar belakang pengetahuan dasar dalam psikologi.


Secara keseluruhan, Psikologi Kepribadian karya Hamim Rosyidi adalah buku referensi yang sangat bermanfaat bagi mereka yang tertarik untuk memahami lebih dalam tentang kepribadian manusia dari berbagai pendekatan.